Post berikut ini saya akan menceritakan mengenai
bagaimana suku Dayak pinggiran khususnya didaerah perbatasan/ pedalaman mengalami
kesusahan didalam dunia pendidikan bagaimana masyarakat Dayak tertinggal dengan
kondisi mereka yang jauh dari keramaian dan pusat kota. Bisa dilihat dari
bagaimana sekolah kemudian toko-toko atau sejenisnya supermaket yang tidak
tersedia, mereka harus menuju tempat keramaian dengan jarak yang jauh dan
melalui medan yang rusak parah, mengingat jalan yang masih sangat terbatas
dengan fasilitas yang tidak memadai. Masyarakat Dayak pada umumnya punya
potensi yang sangat luar biasa, mereka begitu menghargai alam disekitar mereka,
dari bagaimana mereka menggunakan alam yang ada, kayu, daun dan lahan yang
dikelola dengan luar biasa.
Disini saya akan mencoba berbagi bagaimana
masyarakat Dayak yang sekarang menjadikan dunia pendidikan sebagai salah satu
cara untuk mengangkat harkat dan martabat dimasa datang. Tidak ada yang
melarang kita untuk menempuh dunia pendidikan, kecuali kita sendiri yang
memulai semua itu. Dengan sekolah masyarakat Dayak bisa membuktikan bahwa
mereka tidak dikenal/ dikatakan selama ini, bodoh, primitif, jorok, pornografi
dan sebagainya. Kami mulai dari sekarang orang-orang Dayak sekarang mulai
bangkit dan semangat dalam menempuh dunia pendidikan yang akhirnya berfikir
“kenapa orang lain bisa, kenapa saya tidak”. Semua bisa dilakukan, semua bisa
sekolah dengan baik dengan pemikiran dimulai dari kita sendiri, jika kita
pribadi tidak mendedikasikan diri untuk sukses, maka semua itu percuma.
Melalui tulisan ini, saya ingin mereflesikan
kembali dunia pendidikan orang Dayak yang masih terjadi sampai saat ini,
generasi Dayak yang kurang beruntung dan jauh berada di pedalaman dan sulit
mengakses dunia pendidikan terutama yang berada di daerah perbatasan. Jika
dilihat dengan kasat mata, kita semua pasti sangat prihatin dengan pendidikan
generasi Dayak saat ini yang masih jauh dari apa yang semestinya terjadi di era
yang sudah dituntut kemampuan berfikir dan membangun.
Jika kita sejenak dan boleh merefleksi, apa
sesungguhnya yang membedakan cara berfikir orang Dayak perkotaan dengan orang
Dayak yang tinggal di daerah pedalaman/ perbatasan jika ditanya masalah dunia
pendidikan? Jawabannya sederhana, mayoritas orang Dayak perkotaan akan
mengutamakan dunia pendidikan anak-anaknya, sementara orang Dayak di pedalaman
adalah sebaliknya.
Jika itu semua dilihat, kenyataan berbicara
demikian (pendidikan). Di kota bisa dikatakan bahwa dari sepuluh anak Dayak,
sembilan orang Dayak pasti merasakan dunia pendidikan setidaknya hingga tingkat
SMU/ SMA/ SMK. Jika di kampung terutama yang bukan termasuk dalam kota
kecamatan kenyataan terbalik, hanya satu orang anak Dayak yang bersekolah
hingga SMU dan sederajatnya dari sepuluh anak muda seumurnya. Bahkan mungkin
hanya satu dari 50 anak muda Dayak yang mengenyam dunia pendidikan hingga
perguruan tinggi (terutama kasus-kasus di kampung-kampung paling pedalaman).
Apakah kenyataannya ini bisa diklaim sebagai
sebuah gambaran sesungguhnya? Tentu saja tidak, karena ini semua bukanlah hasil
dari sebuah penelitian atau hasil dari survey, namun bisa dilihat ini menjadi
sebuah gambaran yang membuat otak kita berfikir dua kali akan kemanakah masa
depan generasi Dayak di pedalaman/ perbatasan.
Untuk melihat dari apa yang dapat saya sampaikan diatas,
tidak perlu kita mencari gambaran jauh-jauh dari semua kenyataan ini. Dari kampung/
daerah tetangga yang berada di daerah pedalaman/ perbatasan banyak anak muda
Dayak yang tahu mengapa bisa seperti itu. Secara ekonomi banyak keluarga yang
mampu, mereka punya kendaraan bermotor, televisi, usaha dagang, bahkan ada yang
memiliki kendaraan roda enam (truck). Ketika jaringan telekomunikasi masuk ke
daerah banyak dari mereka yang menenteng HP (handphone) yang cukup mahal/
bermerk. Tapi pada kenyataannya banyak dari mereka yang tidak mengenyam dunia
pendidikan sampai pada perguruan tinggi. Saya minta maaf jika dalam tulisan/
ulasan saya ini membuat beberapa pembaca tersinggung, saya hanya ingin
mendorong agar semakin banyak anak-anak Dayak di pedalaman yang mengenyam
pendidikan formal.
Rendahnya minat orang tua menyekolahkan anak-anak
mereka berdampak pada kemajuan orang Dayak secara umum di berbagai bidang
kehidupan. Sebenarnya jika kita lihat, di masa sekarang kesempatan generasi
Dayak untuk mengenyam dunia pendidikan sudah terbuka. Di pedalaman, CU sudah
mulai sudah menjadi anggota untuk meminjam uang dengan catatan untuk
menyekelohkan anak-anak mereka.
Beberapa masyarakat anggota memang memanfaatkan
program ini, tetapi ada juga yang meminjam terus dimanfaatkan untuk keperluan
yang lain, bukan untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya melainkan untuk
membeli barang-barang elektronik yang sebetulnya tidak penting. Alhasil,
anak-anak mereka tidak bisa mengenyam pendidikan seperti yang sudah
direncanakan pada saat meminjam dana tadi karena dana tersebut telah dipakai
untuk hal yang tidak seharusnya.
Bagi saya dan bagi orang-orang Dayak yang berasal
dari kampung yang kecil dengan tingkat perekonomian yang begitu pas-pasan,
pendidikan adalah sebuah investasi yang tidak ternilai dan orang tua kami dan
sangat mementingkan pendidikan hal itu. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha
menyekolahkan kami hingga keperguruan tinggi. Di tempat/ kampung lain juga banyak gambaran seperti yang sudah saya
sampaikan tadi. Mereka secara ekonomi kuat untuk mendukung anaknya bersekolah
namun pola pikir mereka terbalik. Namun tentu tidak semuanya seperti itu, ada
juga yang sebaliknya, orang tua sangat mendukung anak-anaknya untuk sekolah
namun anak-anaknya sendiri yang tidak mau, sekalipun dipaksa. Intinya kesadaran
sendiri tentang dunia pendidikan sangat minim dikembangkan di masyarakat kita
orang Dayak. Selain karena faktor eksternal, juga internal keluarga itu sendiri
yang menyebabkan orang kita enggan
menimba ilmu di bangku sekolah.
Pendidikan memberikan semua orang sebuah
kesempatan untuk hidup lebih baik dan memberikan jalan untuk melakukan
perubahan. Investasi dalam hal pendidikan sangat tidak ternilai, mencari
pendidikan adalah mencari ilmu, mencari jalan menuju kehidupan yang lebih baik,
jadi untuk kita semua jangan pernah menyepelkan arti pendidikan, karena itu
sebagaian nilai yang tidak tergantikan dengan nominal seberapapun.
Semoga postingan saya kali ini bermanfaat untuk
kita semua agar kita bisa berfikir kedepan dalam menjalani kehidupan kita untuk
selalu belajar dan terus belajar, pendidikan yang baik berawal dari pribadi
yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar