Rabu, 22 Januari 2014

MELIHAT SUKU DAYAK DI PEDALAMAN/ PERBATASAN


Post berikut ini saya akan menceritakan mengenai bagaimana suku Dayak pinggiran khususnya didaerah perbatasan/ pedalaman mengalami kesusahan didalam dunia pendidikan bagaimana masyarakat Dayak tertinggal dengan kondisi mereka yang jauh dari keramaian dan pusat kota. Bisa dilihat dari bagaimana sekolah kemudian toko-toko atau sejenisnya supermaket yang tidak tersedia, mereka harus menuju tempat keramaian dengan jarak yang jauh dan melalui medan yang rusak parah, mengingat jalan yang masih sangat terbatas dengan fasilitas yang tidak memadai. Masyarakat Dayak pada umumnya punya potensi yang sangat luar biasa, mereka begitu menghargai alam disekitar mereka, dari bagaimana mereka menggunakan alam yang ada, kayu, daun dan lahan yang dikelola dengan luar biasa.

Disini saya akan mencoba berbagi bagaimana masyarakat Dayak yang sekarang menjadikan dunia pendidikan sebagai salah satu cara untuk mengangkat harkat dan martabat dimasa datang. Tidak ada yang melarang kita untuk menempuh dunia pendidikan, kecuali kita sendiri yang memulai semua itu. Dengan sekolah masyarakat Dayak bisa membuktikan bahwa mereka tidak dikenal/ dikatakan selama ini, bodoh, primitif, jorok, pornografi dan sebagainya. Kami mulai dari sekarang orang-orang Dayak sekarang mulai bangkit dan semangat dalam menempuh dunia pendidikan yang akhirnya berfikir “kenapa orang lain bisa, kenapa saya tidak”. Semua bisa dilakukan, semua bisa sekolah dengan baik dengan pemikiran dimulai dari kita sendiri, jika kita pribadi tidak mendedikasikan diri untuk sukses, maka semua itu percuma.

Melalui tulisan ini, saya ingin mereflesikan kembali dunia pendidikan orang Dayak yang masih terjadi sampai saat ini, generasi Dayak yang kurang beruntung dan jauh berada di pedalaman dan sulit mengakses dunia pendidikan terutama yang berada di daerah perbatasan. Jika dilihat dengan kasat mata, kita semua pasti sangat prihatin dengan pendidikan generasi Dayak saat ini yang masih jauh dari apa yang semestinya terjadi di era yang sudah dituntut kemampuan berfikir dan membangun.

Jika kita sejenak dan boleh merefleksi, apa sesungguhnya yang membedakan cara berfikir orang Dayak perkotaan dengan orang Dayak yang tinggal di daerah pedalaman/ perbatasan jika ditanya masalah dunia pendidikan? Jawabannya sederhana, mayoritas orang Dayak perkotaan akan mengutamakan dunia pendidikan anak-anaknya, sementara orang Dayak di pedalaman adalah sebaliknya.

Jika itu semua dilihat, kenyataan berbicara demikian (pendidikan). Di kota bisa dikatakan bahwa dari sepuluh anak Dayak, sembilan orang Dayak pasti merasakan dunia pendidikan setidaknya hingga tingkat SMU/ SMA/ SMK. Jika di kampung terutama yang bukan termasuk dalam kota kecamatan kenyataan terbalik, hanya satu orang anak Dayak yang bersekolah hingga SMU dan sederajatnya dari sepuluh anak muda seumurnya. Bahkan mungkin hanya satu dari 50 anak muda Dayak yang mengenyam dunia pendidikan hingga perguruan tinggi (terutama kasus-kasus di kampung-kampung paling pedalaman).

Apakah kenyataannya ini bisa diklaim sebagai sebuah gambaran sesungguhnya? Tentu saja tidak, karena ini semua bukanlah hasil dari sebuah penelitian atau hasil dari survey, namun bisa dilihat ini menjadi sebuah gambaran yang membuat otak kita berfikir dua kali akan kemanakah masa depan generasi Dayak di pedalaman/ perbatasan.

Untuk melihat dari apa yang dapat saya sampaikan diatas, tidak perlu kita mencari gambaran jauh-jauh dari semua kenyataan ini. Dari kampung/ daerah tetangga yang berada di daerah pedalaman/ perbatasan banyak anak muda Dayak yang tahu mengapa bisa seperti itu. Secara ekonomi banyak keluarga yang mampu, mereka punya kendaraan bermotor, televisi, usaha dagang, bahkan ada yang memiliki kendaraan roda enam (truck). Ketika jaringan telekomunikasi masuk ke daerah banyak dari mereka yang menenteng HP (handphone) yang cukup mahal/ bermerk. Tapi pada kenyataannya banyak dari mereka yang tidak mengenyam dunia pendidikan sampai pada perguruan tinggi. Saya minta maaf jika dalam tulisan/ ulasan saya ini membuat beberapa pembaca tersinggung, saya hanya ingin mendorong agar semakin banyak anak-anak Dayak di pedalaman yang mengenyam pendidikan formal.

Rendahnya minat orang tua menyekolahkan anak-anak mereka berdampak pada kemajuan orang Dayak secara umum di berbagai bidang kehidupan. Sebenarnya jika kita lihat, di masa sekarang kesempatan generasi Dayak untuk mengenyam dunia pendidikan sudah terbuka. Di pedalaman, CU sudah mulai sudah menjadi anggota untuk meminjam uang dengan catatan untuk menyekelohkan anak-anak mereka.

Beberapa masyarakat anggota memang memanfaatkan program ini, tetapi ada juga yang meminjam terus dimanfaatkan untuk keperluan yang lain, bukan untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya melainkan untuk membeli barang-barang elektronik yang sebetulnya tidak penting. Alhasil, anak-anak mereka tidak bisa mengenyam pendidikan seperti yang sudah direncanakan pada saat meminjam dana tadi karena dana tersebut telah dipakai untuk hal yang tidak seharusnya.

Bagi saya dan bagi orang-orang Dayak yang berasal dari kampung yang kecil dengan tingkat perekonomian yang begitu pas-pasan, pendidikan adalah sebuah investasi yang tidak ternilai dan orang tua kami dan sangat mementingkan pendidikan hal itu. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha menyekolahkan kami hingga keperguruan tinggi. Di tempat/ kampung lain  juga banyak gambaran seperti yang sudah saya sampaikan tadi. Mereka secara ekonomi kuat untuk mendukung anaknya bersekolah namun pola pikir mereka terbalik. Namun tentu tidak semuanya seperti itu, ada juga yang sebaliknya, orang tua sangat mendukung anak-anaknya untuk sekolah namun anak-anaknya sendiri yang tidak mau, sekalipun dipaksa. Intinya kesadaran sendiri tentang dunia pendidikan sangat minim dikembangkan di masyarakat kita orang Dayak. Selain karena faktor eksternal, juga internal keluarga itu sendiri yang  menyebabkan orang kita enggan menimba ilmu di bangku sekolah.

Pendidikan memberikan semua orang sebuah kesempatan untuk hidup lebih baik dan memberikan jalan untuk melakukan perubahan. Investasi dalam hal pendidikan sangat tidak ternilai, mencari pendidikan adalah mencari ilmu, mencari jalan menuju kehidupan yang lebih baik, jadi untuk kita semua jangan pernah menyepelkan arti pendidikan, karena itu sebagaian nilai yang tidak tergantikan dengan nominal seberapapun.
Semoga postingan saya kali ini bermanfaat untuk kita semua agar kita bisa berfikir kedepan dalam menjalani kehidupan kita untuk selalu belajar dan terus belajar, pendidikan yang baik berawal dari pribadi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar