Sangat ironis ketika kita melihat kejadian tersebut, warga Negara Indonesia harus membeli keperluan rumah tangga harus menukar rupiah dengan mata uang negara tetangga, karena pertimbangannya dekat dan tidak terlalu sulit untuk bertransaksi. Dengan harus membeli memakai rupiah, tapi jarak tempuh yang jauh dan aksesnya susah dijangkau, maka dari itu lebih baik membeli/ bertransaksi dinegara tetangga yang lebih mudah dan baik dari pada harus membeli di Negara sendiri namun tidak maksimal.
Warga Dayak dimasa lalu dengan yang sekarang banyak sekali yang terjadi, dimasa lalu orang-orang Dayak tinggal dengan hidup berpindah-pindah dan membuat sebuah pemukiman/ daerah kekuasaan masing-masing. Dengan sekelompok orang, 20-50 orang sudah bisa membuat pemukiman dan tempat tinggal yang apik. Rumah/ tempat tinggal yang dibuat sesuai dengan kebutuhan/ jumlah orang, yang sering kita jumpai masyarakat Dayak menyebutnya LAMIN atau Rumah Panjang. Lamin sendiri dibuat untuk memfasilitasi beberapa orang yang hendak membuat pemukiman disalah satu daerah. Lamin didesain tinggi, memakai tiang yang cukup tinggi dari permukaan tanah. 4-8 meter dari permukaan tanah sudah sangat bagus, mengingat kalimantan didominasi oleh rawa dan sungai Mahakam yang panjang, maka masyarakat Dayak didaerah pesisir selalu mendesain Rumah Panjang ini tinggi dan panjang.
Lamin/ Rumah Panjang dimasa Lalu
Lamin/ Rumah Panjang dimasa Sekarang
Dilihat secara kasat mata, Lamin/ Rumah Panjang tersebut dibuat tinggi, dengan alasan :
1. Menghindari dari serangan binatang buas, karena berada didalam kawasan hutan.
2. Menghindari dari serangan musuh (sekelompok orang yang ingin menguasai tempat mereka).
3. Sebagai tempat dimana menyimpan kayu bakar dan tempat memelihara binatang, seperti babi dll.
Lamin sendiri dibuat dengan ukuran ± 8 x 20-30 meter. Mengingat banyak warga yang tinggal didalam Lamin tersebut, maka dibuatlah sesuai dengan kapasitas yang ada. Interior dari Lamin/ Rumah Panjang tidaklah rumit, hanya membentuk lost/ menyerupai selasar panjang, karena tidak berkamar/ skat. Masing-masing penghuni tidur/ tinggal didalam Lamin dapat istirahat bersama-sama didalam Lamin, dan melakukan aktifitas sehari-hari didalam Lamin dan itu sudah menjadi kebiasaan tidak menggangu penghuni yang lainnya. Gotong royong yang selalu mereka lakukan demi kebersihan dan kegiatan mereka bersama.
Interior Lamin/ Rumah Panjang.
Interior Lamin/ Rumah Panjang
Semua aktifitas yang mereka lakukan didalam Lamin, adalah bentuk kerjasama antara penghuni. Kegiatan sehari-hari dari penghuni adalah, membuat tikar dari rotan/ membuat mandau dari batu, membuat sumpit dari kayu dan masih banyak kegiatan yang mereka lakukan secara bersamaan sampai membuat acara kesenian mereka lakukan diarea sekitar Lamin tersebut.
Upacara Nari Bersama Suku Dayak
Upacara Nari Bersama Suku Dayak
Lamin/ Rumah Panjang sampai sekarang masih banyak dijumpai di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur, disetiap daerah Lamin-Lamin dijaman dulu masih tetap dijaga dan dirawat dengan baik, meskipun penghuni Lamin tersebut relatif sedikit, namun tetap menjadi rumah yang nilai budayanya sangat besar dan terlihat sangat asri. Suku Dayak di Kalimantan Timur banyak ragamnya, ± 540 bahasa dan ada beberapa Suku Dayak khususnya di Kalimantan Timur.
Melihat secara Arsitektural, bangunan Lamin dirancang/ konsep dengan kondisi tempat dimana mereka berada. Konsep yang mereka buat yaitu Rumah Panggung. Lamin ini terus dibudayakan, selalu diberi perawatan bahkan digunakan untuk Museum barang-barang sejarah dari setiap Suku Dayak yang ada di Kalimantan.
Mendukung Pemerintah dalam memperhatikan Kebudayaan terutama bangunan-bangunan bersejarah, yang harus selalu dijaga, sebagai cagar budaya/ Heritage. Bangunan yang selalu menjadi Icon masyarakat DAYAK sampai kapanpun Lamin/ Rumah Panjang merupakan rumah/ tempat tinggal bagi Suku DAYAK.
Lengkap banget nih. makasih bnyak mas.
BalasHapusKalimantan Timur